Saturday, December 22, 2007

special offer


Jakarta Pekanbaru 3 kali sehari

From 08 Dec 2007 to 08 Feb 2008

harga mulai dari Rp.299.000 Jakarta Pekanbaru 3 times one day the price of strarting from Rp.299.000


Jakarta-Surabaya 5 kali (Jakarta Surabaya 5 times one day)

From 08 Feb 2007 to 08 Feb 2008

Harga mulai dari Rp.249.000 (the price of starting from Rp. 249.000)

Friday, December 21, 2007

“Beli 1 Dapat 3” Persembahan Kartu Kredit UOB Buana Bersama Merpati Airline

Jakarta, 23 Oktober 2007 – Seiring dengan peluncuran (kembali) Kartu Kredit UOB Buana dengan mottonya ”What’s Stopping You?” pada tanggal 1 Agustus 2007 yang lalu, dimana telah diperkenalkan Kartu Kredit UOB Buana Platinum, kini UOB Buana kembali mempersembahkan fasilitas menarik bagi Nasabah Pemegang Kartu Kredit UOB Buana.

Memperkenalkan ”Program Beli 1 Dapat 3”, UOB Buana bekerjasama dengan perusahaan penerbangan nasional Merpati Nusantara Airlines menawarkan program Kartu Kredit Visa UOB Buana beli 3 tiket penerbangan Merpati Nusantara Airlines dengan 1 harga khusus untuk pemegang kartu kredit Platinum. Sedangkan untuk pemegang kartu Gold dan Classic, mereka masih dapat menikmati promosi terbang istimewa juga yaitu beli 1 gratis 1 tiket Merpati Airlines. Penawaran ini berlaku untuk seluruh rute Merpati, dan tidak dibatasi untuk penerbangan eksklusif yaitu tujuan Jakarta – Tanjung Pinang, Jakarta – Ujung Pandang, Jakarta – Denpasar, Jakarta – Surabaya, Surabaya – Denpasar, Surabaya – Bandung, Surabaya – Ujung Pandang, Bandung – Jogjakarta, Jogjakarta – Ujung Pandang. Untuk menikmati program tersebut, tiket penerbangan Merpati Nusantara Airlines harus dibeli antara tanggal 25 Oktober 2007 sampai dengan 10 Desember 2007 dengan jadwal penerbangan untuk tanggal 10 Januari 2008 sampai dengan 30 April 2008.

Kerjasama ini telah ditandatangani oleh Francis Hsu selaku Direktur UOB Buana dan Hotasi Nababan selaku Direktur Utama Merpati Nusantara Airlines pada tanggal 23 Oktober 2007 bertempat di Kantor Pusat Merpati Nusantara Airlines, Kemayoran, Jakarta.

Francis Hsu mengatakan “Industri Kartu Kredit di Indonesia sangatlah kompetitip. Oleh karena itu, kami ingin membedakan dari para penerbit Kartu Kredit lainnya dengan memberikan banyak manfaat dan program serta fitur yang lebih menarik bagi Nasabah. Peluncuran program ini merupakan bagian dari komitmen kami untuk selalu memberikan nilai tambah bagi penawaran Kartu Kredit UOB Buana, terutama untuk pemegang kartu kredit Platinum."

“Sebagai tambahan, Program ini akan memperkuat UOB Buana dalam memperbesar pangsa pasar Kartu Kreditnya dan ini akan menjadi landasan yang solid dalam mencapai tujuan UOB Buana untuk menjadi salah satu pemain terbesar di industri Kartu Kredit di Indonesia”.

Belum lama berselang, UOB Buana telah memperkenalkan ”Program 2 for 1” untuk pembelian tiket bioskop di Premiere XXI EX, Senayan City, Plaza Senayan dan Pondok Indah Mall 2 setiap hari Jumat - Minggu. Dengan pembelian 1 tiket menggunakan Kartu Kredit UOB Platinum, Pemegang Kartu Kredit UOB Buana dapat menikmati fasilitas nonton bareng untuk ber-2 sampai dengan bulan Maret 2008.

Berbagai fasilitas menarik lainnya persembahan dari UOB Buana yang dapat dinikmati Pemegang Kartu Kredit UOB adalah potongan harga 50% untuk bersantap, UOB Bill Payment, Double Rewards dan Nilai Kurs yang rendah serta program perjalanan menarik bekerja sama dengan Krisflyer dari Singapore Airlines. Sampai dengan bulan Desember 2007, Nasabah yang permohonan aplikasinya disetujui akan mendapatkan hadiah langsung berupa tiket pesawat terbang PP Jakarta – Singapura atau HP Nokia atau berlangganan Astro gratis selama 1 (satu) tahun.

Saat ini, United Overseas Bank Limited (UOB), Ultimate Shareholder dari UOB Buana secara aktif mengembangkan dan memperbesar pangsa pasarnya di wilayah Asia Pasifik seperti Singapura, Malaysia, Hong Kong, Thailand dan kini di Indonesia.

Untuk menjadikan program Kartu Kredit Visa UOB Buana berhasil, berbagai upaya telah dilakukan seperti investasi pada sistem teknologi terkini “state of the art technology”. Didasari oleh pengetahuan dan pengalaman UOB, UOB Buana optimis dapat memberikan layanan terbaik kepada Nasabahnya.

Thursday, December 20, 2007

Tarif Tiket Pesawat Naik 30%

JAKARTA(SINDO) – Tarif tiket pesawat terbang naik rata-rata 30% pada liburan panjang Idul Adha,Natal,dan Tahun Baru 2008.Kenaikan dipicu lonjakan penumpang yang cukup tajam.

Karena harga tiket naik, tidak sedikit calon penumpang kecewa dan beralih ke moda transportasi lain.Namun, ada juga calon penumpang yang terpaksa merogoh kocek lebih agar bisa liburan panjang menghabiskan pergantian tahun. Menurut Danke, tiket yang full booked yakni tujuan Surabaya, Medan, Denpasar, Makassar, Batam, dan Padang.

General Manager Corporate Secretary PT Merpati Nusantara Airlines Purwatmo mengatakan, tarif tiket di maskapai penerbangan ini bervariasi mulai tertinggi sampai terendah, bahkan pihaknya memberi harga spesial pada liburan panjang ini. ”Pokoknya, harganya terjangkau yakni berkisar Rp450.000–1 juta,”ucapnya.

Namun,saat ini tiket Merpati sudah ludes dipesan calon penumpang yang ingin bepergian ke Medan, Pekanbaru, Lampung, dan Surabaya. Merpati melayani 3.000 sheet per harinya dengan 22 frekuensi penerbangan. ”Untuk mengantisipasi pemesan di loket,kami akan mempercepat kedatangan pesawat di Bandara Soekarno Hatta,” ungkap Purwatmo.

Sementara itu,dibandingkan tahun lalu, menjelang liburan panjang ini jumlah penumpang pesawat di Bandara Internasional Soekarno Hatta mengalami kenaikan hingga 19,81%. Tahun lalu jumlah penumpang sebanyak 45.874, sedangkan tahun ini naik 54.960.

”Tahun ini naik sebanyak 9.086 jiwa.Jumlah kenaikan penumpang itu juga diiringi kenaikan jumlah pesawat yang diberangkatkan dari 386 pesawat naik menjadi 397 atau persentase pertumbuhannya sekitar 2,85%,”ujar Kepala Divisi Seksi Operasi PT Angkasa Pura II Bambang Tjiptadi,kemarin. Kepala Bagian Umum Kantor Cabang Utama PT Angkasa Pura II Gimonoias mengatakan, kenaikan tersebut karena masyarakat ingin liburan panjang sejak awal liburan.

”Melihat ini, sepertinya penumpang tidak terpengaruh dengan adanya peristiwa dan pemberitaan yang marak mengenai beberapa kepingan pesawat yang jatuh beberapa waktu lalu,”ucapnya. (sujoni/denny irawan)

Wednesday, December 19, 2007

Menhub Bantah Balas Dendam

Menhub Jusman Syafii Djamal membantah surat edaran yang dikeluarkan pihaknya agar maskapai menghindari memesan pesawat Uni Eropa (UE) merupakan sikap balas dendam. Ini terkait masih diberlakukannya larangan terbang bagi pesawat milik maskapai penerbangan nasional di wilayah udara Eropa.

JAKARTA (SINDO) –Menurut Menhub, yang dilakukan Departemen Perhubungan (Dephub) hanya untuk memberikan peluang bagi maskapai agar tidak mengeluarkan biaya yang cukup besar akibat putusan pemerintah menghentikan pengiriman inspektur kelaikan pesawat ke UE. ’’Kami tidak ada maksud untuk balas dendam,”tuturnya saat dihubungi SINDO, tadi pagi.

’’Dephub malah sangat menghormati putusan tersebut. Bahkan, berupaya untuk memahami jalan pemikiran yang dilakukan UE. Sebab, kalau maskapai penerbangan tetap memesan pesawat dari UE, pesawat tersebut tidak akan dapat diterbangkan ke Indonesia. Ini karena registrasi Indo-nesia tidak diakui UE,”ujarnya.

Dia menambahkan, imbauan itu tidak akan diberlakukan selamanya. Artinya,ketika Eropa kembali memperbolehkan maskapai nasional untuk terbang di wilayah udara mereka, imbauan yang berhubungan dengan pengiriman instruktur kelaikan di pabrik pesawat dipesan juga akan dihentikan. Selain itu, saat ini sejumlah maskapai penerbangan sudah ada yang memesan pesawat buatan Eropa,yakni Mandala Airlines dan Batavia Air.

Setelah diberi penjelasan, kedua maskapai penerbangan tersebut akhirnya dapat memahami maksud dari Dephub. ’’Mandala sekitar 30 pesawat, sedangkan Batavia sekitar 15 pesawat,” jelasnya.

Sementara itu, Head of Corporate Communication Mandala Airlines Trisia Megawati KD menyatakan, pihaknya akan tetap melanjutkan pembelian 30 pesawat dari Airbus. Sebab, mereka sudah mengeluarkan investasi mencapai jutaan USD. ’’Kami sudah mengeluarkan investasi sangat besar,’’ tuturnya.

Saat ini, Mandala telah menerima satu pesawat buatan Airbus.Pada 2008 mendatang, perusahaan pesawat Eropa itu diperkirakan kembali mengirim enam pesawat lagi. Namun, lanjut dia, Mandala sangat memahami kebijakan yang ditempuh pemerintah. Bahkan, perusahaannya juga sempat mempertanyakan alasan UE dan memasukkanMandaladalam listlaranganterbang. Padahal, teknisi dan pesawat Mandala banyak yang dari Eropa. Pengamat hukum penerbangan Kamis Martono menyatakan, kebijakan membalas sikap Eropa merupakan tindakan yang tepat.

Sebab, pada 1976 lalu, Amerika Serikat (AS) pernah mengurangi penerbangan KLM ke negara Paman Sam tersebut. Namun, langkah tersebut dibalas UE dengan membatalkan semua pesanan DC dan Boeing dari AS. Kalau hal itu tidak dilakukan, jelas dia, pemerintah bisa meninjau kembali bilateral air transport agreement (BATA) dengan negaranegara Eropa.

Nah, hal itu bisa mengarah pada larangan terbang sejumlah maskapai penerbangan dari UE ke Indonesia.’’Jika itu terjadi, mereka akan kesulitan terbang ke Australia,”tuturnya.

Dia menegaskan, kalau larangan terbang yang dilakukan UE sangat kental dengan nuansa bisnis dari negara-negara Eropa dan AS. Uni Eropa merasa maskapai penerbangan nasional tidak terlalu banyak memesan pesawat buatan pabrik Eropa.(hermansah)

Tuesday, December 18, 2007

Saham Merpati Akan Dilepas

Presiden Direktur PT Merpati Hotasi Nababan di sela-sela acara ulang tahun Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA, Kamis (13/12) di Jakarta, mengatakan, sesuai dengan rencana pemerintah, Merpati akan diprivatisasi melalui penempatan saham mitra strategis secara langsung. "Rencananya pelepasan saham dilakukan pertengahan tahun depan," kata Hotasi.

Hotasi tidak mengungkapkan nilai dari 40 persen saham tersebut. Menurut dia, seperti proses privatisasi umumnya, nilainya akan sangat tergantung dari persepsi pasar.

Soal calon mitra strategis, Hotasi mengatakan sudah ada beberapa calon, baik dari dalam maupun luar negeri yang menyatakan minatnya masuk di Merpati.

Disebutkan, selain perusahaan maskapai penerbangan, ada juga perusahaan lembaga keuangan. Untuk pengembangan perusahaan, Hotasi mengungkapkan, tahun depan merupakan momen bagi Merpati untuk bangkit.

Selain menambah frekuensi penerbangan di rute yang sudah ada, Merpati juga akan menghidupkan kembali rute tradisional serta membuka rute pendek atau penerbangan komuter.

Rute-rute feeder yang akan dibuka, yakni di Pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi. dengan konsep new commuter service (NCS)

Selain membeli 15 pesawat MA-60 dari China, Merpati juga berencana menambah armada dengan memesan 10 pesawat Cassa 212 dari PT Dirgantara Indonesia senilai 50 juta dollar AS.

Pemisahan MMF

Pada kesempatan itu, Hotasi mengatakan, PT Merpati Nusantara Airlines akan memisahkan pengelolaan manajemen salah satu unit bisnis strategisnya, Merpati Maintenance Facility (MMF). Pada awal tahun 2008 Merpati akan menjual sebagian sahamnya di perusahaan itu.

Dengan pemisahan ini, MMF diharapkan tidak hanya fokus pada perawatan pesawat-pesawat kecil, tetapi juga melayani pesawat-pesawat berbadan besar seperti yang dilakukan oleh Garuda Maintenance Facility (GMF).

Beberapa jenis pesawat yang masuk dalam daftar perawatan MMF, antara lain DHC-6 Twin Otter, Fokker F-27, F-28, F-100, dan Boeing 737 seri 200, 300, serta 400.

Sementara itu, konsumennya, selain maskapai dari dalam negeri, juga terdapat beberapa maskapai dari luar negeri, seperti Thailand, Malaysia, serta Selandia Baru.

Hotasi mengatakan, pihaknya akan melepas 49 persen saham PT MMF secara bertahap. Tahap pertama 30 persen dan tahap kedua 19 persen. "Dengan demikian, sisanya, 51 persen tetap akan dimiliki oleh Merpati," kata Hotasi. Saat ini 60 persen pesawat Merpati dirawat di MMF. (OTW)

Merpati Garap Rute Penerbangan Wilayah Barat

Maskapai PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) menggarap rute penerbangan di wilayah barat atau Sumatera mulai awal Desember mendatang, untuk melengkapi rute wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang selama ini menjadi andalan.

Rencana pembukaan rute barat itu, disampaikan General Manager PT MNA Region Surabaya, Irvan Harijanto di sela-sela media gathering di Surabaya, Jumat.

"Pangsa pasar terbesar Merpati selama ini memang wilayah KTI, tapi mulai awal Desember mendatang, kami membuka jalur penerbangan di wilayah barat," kata Irvan Harijanto yang belum lama ini menjabat GM Region Surabaya.

Rute penerbangan wilayah barat yang akan dikembangkan diantaranya dari Surabaya menuju Medan, Pekanbaru, Lampung, dan Bintan. Rute-rute itu, juga dilayani dari Jakarta dengan rata-rata penerbangan dua kali sehari.

Selain itu, Merpati juga membuka rute penerbangan langsung sejumlah wilayah timur, seperti dari Surabaya menuju Manado, Mataram dan Kupang yang selama ini dilayani secara terputus (transit).

Didampingi Sales Manager Regional Surabaya Hiro Kristianto, ia mengakui, selama ini pangsa pasar terbesar Merpati berasal dari rute penerbangan wilayah timur yang mencapai di atas 60 persen, belum termasuk jalur perintis.

"Kami melihat potensi pasar yang cukup besar di sejumlah rute wilayah barat dan memutuskan untuk menggarapnya. Tapi rute-rute di wilayah timur masih tetap jadi andalan," kata mantan GM Corporate Secretary MNA itu.

Untuk layanan rute barat itu, Merpati telah mendatangkan tiga pesawat jenis Boeing 737-400 berkapasitas 170 tempat duduk dan satu unit jenis 737-300 dengan kapasitas sekitar 140 penumpang.

Manajemen Merpati merencanakan, hingga akhir 2008 mendatang akan menambah 10 armada pesawat jenis Boeing 737-400 dan 737-300. Sampai akhir 2007 ini, sudah enam pesawat tambahan yang dioperasikan.

Sebelumnya, Merpati telah mengoperasikan 12 pesawat jenis Boeing 737-200 dan tiga unit jenis 737-300, beberapa Fokker dan pesawat lain untuk melayani rute-rute domestik, terutama wilayah timur yang menjadi primadona.

"Investasi yang dialokasikan Merpati untuk penambahan pesawat, peningkatan kualitas layanan dan operasional lainnya mencapai Rp150 miliar," kata Irvan Harijanto menambahkan.

Dengan berbagai program yang dikembangkan, manajemen Merpati berharap bisa meningkatkan market share dari tujuh persen saat ini, menjadi 16 hingga 18 persen pada beberapa tahun kedepan.

Salah satu maskapai penerbangan nasional ini pernah mencapai pangsa pasar tertinggi di Indonesia yakni sekitar 38 persen pada 1997.

Namun, seiring bertambahnya pemain dalam bisnis ini dan berkurangnya armada pesawat yang dimiliki, pangsa pasar Merpati terus merosot dan sampai akhir 2006 hanya tinggal tujuh persen dari total sekitar 32,5 juta penumpang pesawat di Indonesia.

"Tahun ini, jumlah penumpang pesawat diprediksi sekitar 35 juta orang dan akan terus meningkat pada 2008. Kami berharap bisa merebut potensi itu, terutama pada rute-rute baru yang akan dibuka," katanya.
Sumber: Antara

Monday, December 17, 2007

KALIBRASI <- - - - gagasan Jeffrie Geovanie

Suyoto Phenomenon

DI panggung politik nasional, nama Suyoto mungkin masih asing. Bahkan di jajaran tokoh-tokoh politik lokal pun, popularitasnya masih jauh, misalnya, jika dibandingkan dengan Basuki T, Wardaya alias Ahok, mantan bupati Belitung Timur yang meninggalkan jabatannya untuk merebut kursi gubenur Bangka Belitung namun kalah secara tragis. Atau bupati Jembrana, Prof Dr I Gede Winasa, peraih piagam Musium Rekor Indonesia (MURI) lantaran persentase suaranya tertinggi dalam sejarah pilkada, yakni 88,56%. Kini, Winasa bahkan lebih populer karena belum lama ini dikabarkan “menculik” wartawati salah satu surat kabar terkemuka di Bali.

Siapakah Suyoto? Meskipun ayah dan ibu mertuanya warga Nahdlatul Ulama (NU), Suyoto adalah kader Muhammadiyah tulen. Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) dalam usia yang sangat muda (32 tahun), Ketua DPW PAN Jawa Timur, sekretaris Yayasan Syafii Maarif, dan Ketua Yayasan Indonesia untuk Semua. Ia baru saja memenangkan pemilihan Bupati Bojonegoro, Jatim, daerah yang dihuni mayoritas warga NU

Kemenangan Suyoto menjadi fenomenal karena membalik logika semua pihak: (1) ia bukan kandidat yang berlimpah materi; (2) pada awalnya tidak memiliki popularitas, bisa dikatakan hampir tak dikenal; (c) bahkan pada saat menawarkan diri untuk menjadi wakil bupati pun ditolak oleh kandidat lain karena dianggap remeh.

Tapi, di luar pengetahuan banyak pihak, Suyoto punya niat tulus dan tekad yang kuat. Dengan keterbatasan dana, sejak sembilan bulan lalu ia sudah bekerja pagi, siang, malam, dengan cara mendatangi hampir semua pesta (pernikahan, sunatan, dan lain-lain), menyalami semua tamu yang hadir seraya memperkenalkan diri; berkunjung ke pasar-pasar tradisional; dan yang lebih menarik, selama sembilan bulan itu pula, ia tak segan-segan menginap di rumah-rumah keluarga miskin secara bergantian, berdialog dengan para tetangga hingga menjelang subuh. Setelah shalat subuh, ia baru tidur, itu pun hanya sekitar 1-2 jam. Kebutuhan tidurnya banyak dipenuhi di mobil saat dalam perjalanan. Dalam kerja kerasnya, Suyoto sengaja menghindari publikasi media untuk lebih mengesankan dirinya sebagai underdog. Barangkali, faktor inilah yang membuat calon lain terkecoh.

Jika dicermati lebih jauh, kemenangan Suyoto telah memberikan sejumlah pesan: Pertama, bahwa faktor politik identitas yang selama ini banyak diekploitasi para kandidat karena dianggap memiliki keampuhan dalam menarik dukungan rakyat ternyata tidak terbukti. Suyoto membuktikan bahwa rakyat memilih bukan karena faktor ke-NU-an atau ke-Muhammadiyah-an. Artinya, jika mau sedikit kreatif, jauh lebih baik bagi para kandidat untuk menawarkan program, integritas pribadi, dan kualitas, ketimbang harus mengemis restu dari tokoh golongan ini atau itu.

Kedua, tidak benar bahwa dana yang melimpah menjadi faktor penentu kemenangan kandidat dalam Pilkada. Dengan dana yang minimal pun jika dibarengi kemauan yang keras dan kerja keras, niscaya akan menang.

Ketiga, kekuatan media cetak dan elektronik hanya efektif sebagai alat kampanye untuk wilayah-wilayah yang luas seperti provinsi atau tingkat nasional. Untuk di tingkat kabupaten atau kota, kampanye door to door, memperkenalkan diri dan berdialog dari hati ke hati jauh lebih efektif.

Last but not least, kemenangan Suyoto --juga kemenangan Nur Alam (Sultra), Abdul Gafur (Malut), Syahrul Yasin Limpo (Sulsel), dan Syarif Hidayat (Kota Tasikmalaya)-- menunjukkan bahwa rakyat sudah cukup cerdas. Incumbent yang belum mampu memberikan perbaikan buat kehidupan mereka akan mendapatkan punishment pada saat pemilu berikutnya. Untuk itu, bagi semua incumbent di level mana pun yang akan mengikuti pemilu, waspadalah, rakyat tengah mengevaluasi kalian!***

Sunday, December 16, 2007

Libur Akhir Tahun: Tiket Ludes Merpati 70%

Seperti lazimnya, maskapai penerbangan sibuk luar biasa menjelang libur panjang akhir tahun ini. Banyak maskapai yang tiket yang tersedia tinggal sedikit.

Misalnya saja maskapai MerpatiAir. "70 Persen sudah terpesan lewat internet dan ATM (anjungan tunai mandiri)," ujar Humas Adam Air Danke Drajad kepada detikcom, Jumat (14/12).

Menurut mantan presenter sebuah stasiun televisi swasta ini, tiket yang ludes terpesan itu paling banyak untuk keberangkatan ke Bali.


Merpati Nusantara Airlines (MNA) telah melego 70 persen jatah tiketnya. Lonjakan pemesanan baru akan terjadi pekan depan.

"Pemesanan pada pekan depan diperkirakan 85-90 persen," ujar Humas MNA Widodo Aryanto pada detikcom.

Meski demikian, imbuh Widodo, MNA menerapkan tarif normal.

"Libur panjang termasuk dalam week season itu masuk tarif normal. Tapi kalau low season kita terapkan tarif murah. Jadi istilahnya bukan naik tarif," jelas Widodo.

Saturday, December 15, 2007

Merpati Buka Lagi Dua Rute Baru

Merpati Nusantara Airlines bulan ini kembali membuka dua rute baru dari Jakarta-Surabaya-Manado dan Jakarta-Bandar Lampung menyusul kedatangan tiga pesawat tambahan pada awal Desember ini.

Sekretaris Perusahaan Merpati Purwatmo mengatakan selama ini perusahaan sudah menerbangi rute Jakarta-Manado, tetapi dilakukan melalui Makassar, sementara rute baru yang akan dibuka ini terbang dengan pesawat yang sama melalui Surabaya. Merpati juga kembali terbang ke Bandar Lampung setelah cukup lama ditinggalkan.

"Kedua rute baru itu akan kami terbangi mulai pekan depan yakni Jakarta-Surabaya-Manado menggunakan pesawat Boeing 737 seri 400 satu kali setiap hari, sementara untuk rute Jakarta-Bandar Lampung juga pekan depan dengan frekuensi dua kali sehari," ujar Purwatmo kepada Bisnis.

Merpati kini gencar membuka rute baru yang sebelumnya pernah diterbangi perusahaan itu. Pekan lalu misalnya, Merpati kembali menerbangi Jakarta-Medan menggunakan pesawat Boeing 737-400. Perusahaan ini juga membuka rute Jakarta-Pekanbaru. Kedua rute ini pernah diterbangi BUMN itu.

Dengan penambahan rute baru dan peningkatan frekuensi tersebut, kata Purwatmo, frekuensi terbang Merpati kini mencapai 150 kali dalam sehari dari sebelumnya 106 kali. Kapasitas tempat duduk yang disediakan perusahaan itu setiap harinya mencapai 170.000 atau totalnya 5,2 juta per tahun.

Maskapai pelat merah itu menjelang tutup tahun 2007 ini menambah sedikitnya 5 unit pesawat jenis Boeing 737-400 yang disewa dari perusahaan lessor Futura dari Spanyol sebesar US$250.000 per bulan. Ke lima pesawat itu tiga unit Boeing 737-400 telah tiba di Jakarta pada Jumat dan Sabtu pekan lalu, sementara sisanya sebanyak dua unit akan datang pada akhir tahun ini atau paling lambat Januari 2008.

Friday, December 14, 2007

CN 235


The CN235 regional airline and military tactical transport was designed and developed under the Airtech banner as A 50.

One prototype was built in both countries and these rolled out simultaneously on September 10 1983. The Spanish prototype flew first, on November 11 1983, with the Indonesian built aircraft following on December 30 that year.





Certification by both Spanish and Indonesian authorities and first deliveries (from the Indonesian line) occurred in December 1986. Entry into commercial service was in March 1988.

Final assembly lines for the CN235 are in Spain and Indonesia, but all other construction is not duplicated. CASA is responsible for the centre and forward fuselage, wing centre section and inboard flaps, and engine nacelles. IPTN builds outer wings and flaps, ailerons, the rear fuselage and the tail unit.

The initial production CN23510 was soon replaced by the CASA built CN235100 and IPTN's CN235110, incorporating CT79C engines in place of CT77As, and new composite engine nacelles. Further improvements led to the CASA CN235200 and similar IPTN CN235220 with increased operating weights, better field performance and greater range, with structural improvements and improved leading edge flaps and rudder. The CN235220 was certificated in March 1992. CASA and IPTN now develop their own CN235 variants independently.

Other variants on the CN235 theme are the CN235 QC quick change capable of carrying passengers or freight or both; IPTN's CN235 MPA maritime patrol aircraft and CASA's CN235MP Persuader (which while primarily aimed at military customers, have customs and boarder patrol applications); and the widely ordered CN235 M multirole military freighter. IPTN is marketing military CN235s as the Phoenix. CASA has developed the stretched C-295, primarily for military use.

The CN235 has succeeded in achieving only a small number of commercial orders, mostly from Indonesian and Spanish operators. In contrast the CN235's spacious interior and rear loading ramp has helped it win a significant number of military orders.




Dimensions

Overall Length : 70 ft 3 in (21.40 m)
Wing Span : 84 ft 8 in (25.81 m)
Height : 26 ft 10 in (8.18 m)
Fuselage : 636.17 sq ft


Nomenclature

Operating Empty Weight : 21, 605 lbs (9800 kg)
Max Take Off Weight : 33,290 lbs (9800 kg)


Power plant : Two 1395kW (1870shp) General Electric CT79C turboprops.











Thursday, December 13, 2007

DHC Twin Otter

The DHC-6 Twin Otter, manufactured by The de Havilland Aircraft of Canada, is an all metal, high-wing monoplane, powered by two Pratt and Whitney PT6A-27 engine driving Hartzell fully feathering, reversing, and constant speed propellers. The aircraft is designed for passengers and provided with a steerable nose wheel fixed tricycle landing gear, or can be fitted with floats or skis.


Dimensions

Overall Length : 51 ft 6 in
Wing Span : 65 ft 0 in
Height : 19 ft 6 in








Design Criteria

Max. Take-Off Weight : 12,500 lbs
Max. Landing Weight : 12,300 lbs
Max. Zero Fuel Weight : 7,000 lbs


Cabin Data

Front Baggage Comp. : 38 cu ft (300 lb)
Rear Baggage Comp. : 88 cu ft (500 lb)
Cabin Volume : 384 cu ft
Number of Seat : 19


Powerplant : Pratt and Whitney PT6A-27

Wednesday, December 12, 2007

Cassa 212

The C-212, AVIOCAR, series airplanes are twin-turboprop STOL transport airplanes, cantilever high wing monoplane. Non-retractable tricycle type landing gear. All metal construction with wing and fixed surfaces of the two-spar type, and monocoque fuselage, powered by two Garrett AiResearch Ltd. TPE 331-10-501C engines driving Hartzell propeller.


Dimensions

Overall Length : 15.20 m (49 ft 10 in)
Wing Span : 19.00 m (62 ft 4 in)
Height : 6.30 m (20 ft 8 in)
Volume : 22.03 m (776.8 ft)








Design Criteria

Max. Take-Off Weight : 7,450 kg
Max. Landing Weight : 7,350 kg
Max. Zero Fuel Weight : 7,050 kg
Max. Taxi Weight : 7,500 kg


Cabin Data

Main Comp. Total Length : 6.49 m (21 ft 3 in)
Cargo Comp. Length : 5.00 m (16 ft 5 in)
Floor Area : 10.5 m (113 ft)
Volume : 22.03 m (776.8 ft)
Number of Seat : Y 22


Doors

Passenger Door : 700 mm x 1,580 mm
Crew Door : 578 mm x 1,100 mm
Emergency Door (forward) : 578 mm x 1,100 mm
Emergency Door (sft) : 508 mm x 914 mm


Powerplant : Rolls Royce RB 183 MK 555-15P/12 Turbofan Engine







Tuesday, December 11, 2007

Boing 737-300


The 737-300 is the first of the three member second generation CFM56 powered 737 family, which also comprises the stretched 737-400 and shortened 737-500. The success of the second generation Boeing 737 family pushed sales of the mark to over 3000, a record for a commercial jetliner.



Boeing announced it was developing the 737-300 in March 1981. This new variant started off as a simple stretch over the 737-200 but Boeing decided to adopt the CFM International CFM56 high bypass turbofan (jointly developed by General Electric and SNECMA) to reduce fuel consumption and comply with the then proposed International Civil Aviation Organisation Stage 3 noise limits.

Despite the all new engines and the 2.64m (104in) fuselage stretch, the 737-300 retains 80% airframe spares commonality and shares the same ground handling equipment with the 737-200. A number of aerodynamic improvements were incorporated to further improve efficiency including modified leading edge slats and a new dorsal fin extending from the tail. Another feature was the flattened, oval shaped engine nacelles, while the nosewheel leg was extended to increase ground clearance for the new engines. Other internal changes include materials and systems improvements first developed for the 757 and 767 programs, including an early generation EFIS flightdeck (with four colour CRT screens).


The 737-300 flew for the first time on February 24 1984, while first deliveries were from November 1984. Since that time well over 1000 737-300s have been sold and it forms the backbone of many airlines' short haul fleets.


The stretched 737-400 and shortened 737-500 are described separately.




Powerplants

Two 89.0kN (20,000lb) CFM International CFM563B1 turbofans, or optionally two 97.9kN (22,000lb) CFM563B2s.


Performance

Max cruising speed : 908km/h (491kt)
Long range cruising speed : 794km/h (429kt)
Range : 128 passengers
Standard fuel : 3362km (1815nm), range with 128 pax and


max fuel 4973km (2685nm)
High gross weight version max range : 6300km (3400nm) with 140 passengers.


Dimensions

Overall Length : 109 ft 7 in (33.4 m)
Wing Span : 94 ft 9 in (28.88 m)
Height : 36 ft 6 in (11.13 m)
Wing Aera : 1135sq ft (105.4 m2)


Weight

Operating empty : 32,881kg (72,490lb)
Standard max takeoff : 56,740kg (124,500lb)
High gross weight option : 62,823kg (138,500lb)
Wing span : 28.88m (94ft 9in)
Length : 33.40m (109ft 7in)
height : 11.13m (36ft 6in)
Wing area : 105.4m2 (1135sq ft)


Capacity
Flightcrew of two

Typical two class seating : 128 (eight premium class four abreast and 120


economy class six abreast)
Standard one class seating : 141 at six abreast and 81cm (31in) pitch
Max seating : 149 at 76cm (30in) pitch


Production
Grand total 737 orders stand at over 4236, of which over 1104 are for the 300. Approximately 1070 737-300s were in service at late 1998.







Monday, December 10, 2007

Boing 737-200



Dimensions

Overall Length : 36.35 m (119.3 ft)
Wing Span : 28.45 m (93.3 ft)
Height : 8.35 m
Fuselage Length : 32.60 m (107.0 ft)
Diameter : 3.35 m (11.0 ft)










Design Criteria

Max. Ram Weight : 49,442 kg (108,999 lbs)
Max. Take-Off Weight : 48,989 kg (108,000 lbs)
Max. Landing Weight : 44.498 kg (98,000 lbs)
Max. Zero Fuel Weight : 39,463 kg (87,000 lbs)
Average Basic Weight : 28,000 kg (61,729 lbs)
Max. Payload Weight : 10,000 kg (22.046 lbs)
Number of Seat : C 20 - Y 76


Powerplant : Pratt and Whitney JT8D-15 Turbofan




Sunday, December 9, 2007

Fokker F-27


Probably the closest to being the fabled DC-3 replacement, the Fokker F-27 Friendship, including the Fairchild built F-27 and FH-227, was built in greater numbers than any other western turboprop airliner.

The Fokker F-27 began life as a 1950 design study known as the P275, a 32 seater powered by two RollsRoyce Dart turboprops. With the aid of Dutch government funding the P275 evolved into the F-27, which first flew on November 24 1955. This original prototype was powered by Dart 507s and would have seated 28, by the time the second prototype had flown (in January 1957) the fuselage length grew to allow seating for 32.


Dimensions

Overall Length : 82 ft 3 in (23.06 m)
Wing Span : 95 ft 2 in (29.00 m)
Height : 28 ft 7 in (8.71 m)
Wing Area : 753.5 sq ft (70.0 m2)


Nomenclature

Operating Empty weight : 27,964 lbs (12,684 kg)
Max take off weight : 44,996 lbs (20,410 kg)


Power plant : Mk 200/500/600 - Two 1730kW (2320ehp) RollsRoyce Dart Mk 5367R turboprops driving four blade Dowty Rotol propellers.
FH-227E - Two 1715kW (2300shp) Dart 5327Ls.






Saturday, December 8, 2007

Foker F-28 MK4000

The aircraft shall be a twin rear-engine, all metal. low wing monoplane with cantilever swept wings and empennage, monocoque fuselage of cross section, and fully retractable tricycle landing gear.



The aircraft shall be equipped with a pressurized cabin and an auxilliary power unit shall be installed.

The aircraft shall be a high performance short-to-medium haul commercial passenger and cargo transport which powered by two Rolls Royce RB 183 MK 555-15P/12 turbofan engine.





Dimensions

Overall Length : 29.61 m (97 ft. 1.4 in)
Wing Span : 25.07 m (82 ft 3.0 in)
Height : 8.47 m (27 ft 9.5 in)
Fuselage Length : 26.76 m (87 ft 9.5 in)
Diameter : 3.30 m (10 ft 9.9 in)


Design Criteria

Cabin Length (ecxl. flight comp) : 15.31 m (50 ft 3.0 in)
Max. Height : 2.02 m (6 ft 7.5 in)
Max. Width : 3.10 m (10 ft 2.0 in)
Floor Width : 2.88 m (9 ft 5.3 in)
Max. Usable Floor Area : 44 m (474 ft)
Height to Cabin Floor : 2.10 m (6 ft 10.6 in)
Number of Seat : Y80
Max. Take-Off Weight : 32,207 kg (73,000 lbs)
Max. Landing Weight : 29,848 kg (65,800 lbs)
Max. Zero Fuel Weight : 26,083 kg (57,500 lbs)


Cargo Capacity

Forward Belly : 8.78 cu.m (308 cu ft)
Rear Belly : 4.8 cu. m (171 cu. ft)
Rear Cabin Luggage Compartment : 2.3 cu. m (80 cu. ft)


Powerplant : Rolls Royce RB 183 MK 555-15P/12 Turbofan Engine








.